JAKARTA – Perubahan iklim yang semakin ekstrem di Indonesia memicu krisis air dan ketahanan pangan. Dalam Talkshow Kongres Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) dan Gerakan Pemanenan Air Hujan Indonesia (GMHI) 2025, para ahli dan pejabat pemerintah menekankan perlunya strategi baru dalam mengelola sumber daya air.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa Indonesia kini berada dalam titik kritis menghadapi dampak perubahan iklim. Dengan tren suhu yang terus meningkat, cuaca ekstrem, berupa banjir dan kekeringan, mempengaruhi ketahanan air dan pangan masyarakat.
Dwikorita menyatakan bahwa solusi utama untuk menghadapi krisis ini adalah restorasi sungai dan pemanenan air hujan. Keduanya harus dilakukan secara terkoordinasi berdasarkan data ilmiah yang akurat untuk memperbaiki ekosistem dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya air yang semakin terbatas.
Ia juga menyebutkan bahwa BMKG terus berupaya menyediakan informasi akurat dan sistem peringatan dini terkait perubahan iklim ekstrem, guna mendukung perencanaan dan pelaksanaan program ketahanan air di seluruh wilayah sungai Indonesia.